Teori Kebijakan Ekonomi Makro dan Siklus Bisnis

Label:

Oleh: Chenny Seftarita, S.E,M.Si.
Setiap negara mengharapkan  suatu perekonomian  yang ideal di mana  pertumbuhan ekonomi  diharapkan tumbuh secara terus menerus, tanpa mengalami penurunan. Pertumbuhan tersebut disertai stabilitas harga dan kesempatan kerja yang terbuka luas. Sayangnya, dalam dunia nyata  perekonomian umumnya mengalami kondisi yang naik turun, setidak-tidaknya dilihat dari perkembangan tingkat output dan harga. Naik turunnya aktivitas ekonomi tersebut relatif terjadi dan terjadi berulang-ulang dengan rentang waktu yang bervariasi. Dalam ilmu ekonomi, gerak naik turun tersebut dikenal sebagai siklus bisnis (The Business cycle).
Siklus dapat terjadi dalam jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang, tergantung sistem ekonomi yang dianut dan penyebab siklus dalam suatu negara. Kaum kapitalis memperkirakan  bahwa akan terjadi krisis (economics down turn) dalam siklus bisnis setiap 25 tahun sekali, sedang kaum sosialis memperkirakan  krisis akan terjadi setiap 45 tahun sekali, jangka waktu ini lebih panjang mengingat besarnya peran pemerintah dalam perekonomian terutama dalam pengaturan harga. Kalau kita melihat ke belakang, sejarah terjadinya resesi tahun 1936 telah menyadarkan ekonom klasik tentang adanya siklus bisnis dalam perekonomian. Keseimbangan pasar yang diatur oleh mekanisme pasar terkadang tidak selamanya terjadi karena adanya potensi over supply (kelebihan penawaran) dalam perekonomian. Kenyataannya, full employment (penggunaan tenaga kerja penuh) tidak akan pernah dapat dicapai, perekonomian akan selalu dihadapkan pada masalah inflasi dan pengangguran. Pada satu sisi perekonomian berusaha untuk memaksimalkan output (maksimisasi penggunaan resourses), sedang pada sisi yang lain akan ada ancaman stabilitas harga. Adanya keterbatasan resources (faktor-faktor produksi, termasuk didalamnya tenaga kerja) menyebabkan pada satu titik kenaikan harga akan melampaui kenaikan barang yang diproduksi, akibatnya akan ada penurunan pendapatan riil masyarakat sehingga akan terjadi penurunan permintaan (kelebihan supply). Kelebihan supply ini akan menyebabkan berlakunya pengangguran faktor-faktor produksi (termasuk tenaga kerja) dalam perekonomian.
            Siklus bisnis dapat digambarkan sebagai gelombang naik-turun aktivitas ekonomi. Siklus ini terdiri atas empat elemen (Dornbusch, et.al., 2008), yaitu:
a.       Gerakan menaik (Recovery)
b.      Titik puncak (peak)
c.       Gerakan Menurun  (recession)
d.      Titik terendah (trough)
Pada saat fase gerakan menaik, biasanya pertumbuhan ekonomi meningkat dan menyebabkan daya beli masyarakat meningkat. Pada fase ini inflasi bergerak naik sampai pada titik puncak dan inflasi mencapai titik optimum pada satu siklus tersebut kemudian akan kembali menurun seiring penurunan pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat. Gerakan menurun berimplikasi pada meningkatnya angka pengangguran dan deflasi atau penurunan harga-harga barang dan jasa. Kadang kala karena berbagai faktor, terjadi pertumbuhan ekonomi yang begitu baik, sehingga titik kulminasinya jauh di atas biasanya atau disebut kondisi boom. Namun sebaliknya dapat juga terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi jauh dibawah titik nadir yang biasanya. Hal ini disebut depresi (depression). Sebagai contoh, depresi besar (great depression) yang dialami negara-negara kapitalis selama 1929-1933, di mana  output ekonomi berkurang drastis sementara tingkat pengangguran tercatat sangat tinggi. Demikian juga dengan krisis ekonomi yang pernah dialami Indonesia yaitu krisis moneter tahun 1997/1998 di mana pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi (pertumbuhan ekonomi negatif) sebesar 15 % pertahun di tahun 1998.
            Pengaruh siklus bisnis terhadap inflasi dan pengangguran pada siklus yang tergolong ringan bisa dikatakan tidak membahayakan perekonomian. Hanya saja pada siklus menurun dengan rentang waktu cukup lama dan menyebabkan meningkatnya pengangguran atau siklus menaik yang menyebabkan inflasi tercatat cukup tinggi (misalnya di atas 10 persen dan terus bergerak naik) maka  kebijakan ekonomi sangat berperan penting di sini. Beberapa penelitian menemukan bahwa kebijakan moneter dan kebijakan fiskal sangat berperan penting dalam stabilitas siklus bisnis terutama dalam pengendalian inflasi dan pengangguran. Stimulus kebijakan fiskal dengan menambah anggaran pada saat siklus menurun (resesi) beberapa kalangan menilai lebih efektif untuk menggerakkan perekonomian sektor riil sehingga pada akhirnya pengangguran akan mengalami penurunan. Untuk mengendalikan permintaan masyarakat, kebijakan moneter di nilai juga efektif dalam mempengaruhi fluktuasi inflasi yang berlebihan. Efektivitas kebijakan  ini tergantung jangka waktu (jangka panjang atau jangka pendek) dan tergantung bagaimana sensitivitas respons perekonomian terhadap dua kebijakan tersebut.

2.2     Dasar Teori Tentang Kebijakan Pengelolaan Siklus Bisnis
2.2.1 Teori Klasik dan Pengikutnya
            Dalam pengelolaan siklus bisnis, kaum klasik yang kemudian berpendapat bahwa kebijakan moneter lebih efektif mempengaruhi kegiatan ekonomi terutama dalam upaya pengendalian inflasi. Pendapat ini di dasarkan pada anggapan bahwa dalam perekonomian yang terus mencapai full employment, fungsi permintaan uang hanya terbatas pada  alat transaksi saja. Permintaan uang akan berubah jika terjadi perubahan pendapatan, namun karena uang hanya digunakan untuk transaksi maka permintaan uang tidak terlalu terpengaruh oleh perubahan tingkat bunga. Hal ini digambarkan dengan kurva LM yang vertikal, di mana elastisitas permintaan terhadap tingkat bunga nol.
            Dalam konteks perekonomian telah mencapai full employment di mana output keseimbangan telah mencapai tingkat maksimum, maka kebijakan moneter dengan menambah jumlah uang beredar hanya akan meningkatkan harga. Hal inilah yang mendasari pendapat bahwa inflasi adalah permasalahan moneter yang lebih efektif jika dikendalikan dengan kebijakan moneter pula. Kaum klasik menolak anggapan bahwa fenomena-fenomena moneter dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Hal ini terkait tentang mekanisme pasar yang akan terus mencapai keseimbangan dalam perekonomian. Dengan kata lain, tambahan jumlah uang beredar tidak akan berpengaruh terhadap sektor riil, tetapi akan sangat efektif dalam mempengaruhi inflasi.
            Teori klasik kemudian berkembang dan memiliki pengikut yang kemudian disebut teori kuantitas modern. Pengikut aliran ini di juluki sebagai kaum monetarist yang di pelopori oleh Prof. Milton Friedman dari Universitas Chicago pada tahun 1956. Beberapa perubahan dan perbaikan aliran ini meliputi efektivitas kebijakan moneter terhadap sektor riil. Menurut aliran ini, pada perekonomian yang belum mencapai full employment, kebijakan moneter dengan menambah jumlah uang beredar selain berpengaruh langsung terhadap harga juga dapat meningkatkan output perekonomian. Kaum monetarist berpendapat bahwa kebijakan moneter saja sudah cukup untuk mempengaruhi perekonomian karena pengaruhnya bersifat langsung.
            Dari sisi fiskal, kaum klasik dan pengikutnya kaum monetarist mempercayai bahwa mekanisme pasar akan bekerja dalam mencapai keseimbangan ekonomi tanpa harus ada campur tangan pemerintah. Kebijakan fiskal hanya akan menimbulkan apa yang disebut”Crowding Out”di mana kenaikan pengeluaran pemerintah akan mendorong tingkat bunga naik sehingga akan menghambat investasi swasta. Akibat dari penurunan investasi menyebabkan permintaan agregat tidak bertambah dan output juga tidak mengalami peningkatan. Selain itu, pengeluaran pemerintah yang tidak di sertai dengan penambahan jumlah uang beredar dari sisi moneter tidak akan menambah permintaan agregat. Lebih jauh, karena tingkat perputaran uang (velocity)  relatif stabil maka penambahan pengeluaran pemerintah dengan mencetak uang akan meningkatkan permintaan agregat, tetapi itu lebih disebabkan karena penambahan jumlah uang beredar.


2.2.2 Teori Keynes dan Pengikutnya
            Depresi ekonomi tahun 1936 telah memberikan pemikiran ekonomi baru tentang keharusan adanya  campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Keynes berpendapat tentang keharusan adanya peran pemerintah dalam perekonomian. Pemerintah tidak saja berfungsi sebagai pemungut pajak dan penjaga keamanan, tetapi lebih dari itu mereka memiliki fungsi intervensi dan regulasi. Menurutnya, siklus bisnis pasti akan terjadi dalam perekonomian, namun siklus bisnis ini dapat diminimalkan dengan adanya intervensi pemerintah. Implikasi dari itu kemudian Keynes berpendapat bahwa kebijakan fiskal yang ekspansif (dengan menambah defisit anggaran ) dengan cara pembiayaan apapun hasilnya akan tetap ekspansif.  Pembiayaan dengan pencetakan uang lebih efektif dibanding dengan penjualan obligasi, dan efek yang paling kecil adalah dengan kenaikan pajak, namun dengan cara apapun efeknya tetap positif.
            Kebijakan moneter juga dapat mempengaruhi output, hanya saja pengaruhnya bersifat tidak langsung atau disebut mekanisme transmisi. Keynes menekankan adanya tambahan motif permintaan uang yaitu motif memegang uang untuk berspekulasi. Permintaan uang untuk berspekulasi sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga. Tingkat bunga kemudian juga mempengaruhi investasi pada umumnya. Jika tingkat bunga tinggi maka investasi akan menurun sehingga pertumbuhan output juga menurun. Begitu juga sebaliknya jika ingin menstimulus perekonomian dapat dengan cara menurunkan tingkat bunga sehingga investasi meningkat dan tujuan akhir yaitu peningkatan output dapat dicapai. 
            Dalam perkembangannya teori Keynes memiliki pengikut yang disebut dengan Teori Permintaan Uang Setelah Keynes dimana, pengikut aliran ini disebut kaum Fiscalist. Aliran permintaan uang setelah Keynes dipelopori oleh Prof. James Tobin dan Prof. William Baumol. Aliran ini berkeyakinan bahwa uang hanya merupakan suatu aktiva keuangan diantara banyak aktiva lainnya, bahwa perubahan-perubahan dalam kuantitas uang mempengaruhi sektor  riil hanya secara tidak langsung yaitu melalui penyesuaian-penyesuaian portofolio. Untuk mencapai stabilitas ekonomi, penggunaan kebijaksanaan fiskal lebih ampuh dibandingkan dengan kebijaksanaan moneter karena pengaruhnya bersifat langsung.

2.3. Teori Sintesis Klasik-Keynesian
            Teori sintesis Klasik-Keynesian merupakan gabungan antara teori klasik dan teori Keynes yang dikembangkan oleh Jhon Hicks. Jhon Hicks menjelaskan tentang tingkat bunga keseimbangan umum yang menghubungkan antara pasar barang dan pasar uang.  Gambar (2.1) memperlihatkan interaksi antara pasar barang dan pasar keuangan. Tabungan, tingkat bunga dan pendapatan secara bersama saling mempengaruhi di keseimbangan pasar barang dan pasar uang.
Pada pasar barang, analisis diawali dengan adanya hubungan negatif antara investasi dengan tingkat bunga. Klasik meyakini bahwa investasi sama nilainya dengan jumlah tabungan yang ada di masyarakat, dimana tabungan ini dipengaruhi oleh pendapatan. Jika ketiga hal tadi diderivasi maka akan membentuk kurva IS yaitu kurva yang menghubungkan antara tingkat bunga dan pendapatan di pasar barang. Kurva IS memiliki slope yang negatif dimana tingkat bunga dan pendapatan memiliki hubungan yang negatif yang berarti jika tingkat bunga pasar barang meningkat maka pendapatan akan menurun, begitu juga sebaliknya. Penurunan pendapatan ini disebabkan oleh penurunan investasi.

2 komentar:

  1. Partner Asia mengatakan...:

    Halo selamat Siang,

    Perkenalkan nama saya Lauren, manajer afiliasi untuk InstaForex Group.

    Disini saya ingin menawarkan Anda untuk bergabung dalam program afiliasi yang memberikan Anda keuntungan komisi mulai dari 1.5 - 5.3 pip untuk Forex dan mencapai 20 - 26 pip untuk Gold.

    Selain keuntungan tersebut kami juga dapat menawarkan fasilitas lainnya untuk memfasilitasi deposit dan penarikan dana untuk klien-klien Anda.

    Saya menunggu kabar baik dari Anda segera.
    Silakan menghubungi saya melalui detil yang terdapat di bawah.
    Kami akan senang untuk membangun kerja sama yang saling menguntungkan dengan Anda.


    Terima kasih.

    Hormat saya
    Laurent

    ID Skype: Lauren InstaFX
    Facebook: Lawrence Instaforex
    Phone/WA: +628119105674
    Email : Lauren@mail4.instaforex.com
    www.instaforex.com

  1. Sangat Bermanfaat Untuk Menambah Wawasan dan Ke ilmuan
    Terimakasih....

Posting Komentar